Yang Tak Terbahasakan--1

>> Wednesday, January 21, 2009

Saya menulis sebenarnya karena iri. Ini juga ditulis karena cemburu. Pasalnya, beberapa teman plus pengampu Pelatihan Jurnalisme Sastrawi sudah mendokumentasikan momen ini. Saya belum.

Sebenarnya bingung juga mau menulis apa. Bukannya karena tidak penting tapi ada peristiwa tertentu yang tak terbahasakan. Kalau dibilang senang, lebih dari itu. Kalau dibilang antusias, ke sana lagi antusias. Begitulah.

Yang jelas, siapa sih tak bangga ikut pelatihan yang diadakan Tribune Institute ini. Pelatihan pertama Jurnalisme Sastrawi di Kalimantan Barat. Yang mengajar, murid langsung Bill Kovach, Andreas Harsono. Peserta lain, ada yang dari Jerman, ada yang pengacara, ada dari NGO, ada redaktur, ada wartawan. Dahsyat.

Saya? Mahasiswa.

Kesempatan emas yang sangat berharga. Lain kali lanjut cerita lagi.

Read more...

Warnet dan Pembantaian

>> Monday, January 12, 2009

Saya masih duduk di warnet saat itu. Mengerjakan tugas yang menumpuk menjelang ujian akhir.
“Eh, Grammar udah selesai belum?”
“Belum. Banyak soalnya! Tapi ramai yang belum.”
“O.. baguslah, ada kawan”.
Bukannya kabar, setiap baru sampai di kampus, malah tugas yang ditanyakan.

Sedang serius mencari artikel tentang Cooperative Learning, tiba-tiba seorang pria menyeletuk,”Kenapa ya Hitler dulu tak habiskan saja Yahudi?” Saya baru sadar ternyata yang dibicarakan invasi Israel ke Palestina.

Mereka bertiga. Dua orang di antaranya penjaga warnet. Yang seorang tampaknya teman mereka. Mendengar temannya bicara begitu, dua penjaga warnet tak menanggapi. Khawatir dua teman bicaranya tak paham soal sejarah Nazi dan Holocaustnya, ia menjelaskan sedikit. Tapi lagi-lagi tak ada tanggapan. Ia berlanjut tentang saham.

Saya nyengir sendiri. Tak bisa dibayangkan sebuah pembantaian merasionalisasikan pembantaian lain. Padahal sejatinya, pembantaian itu sinting. Israel membantai Yahudi, karena tanah, itu sinting. Apapun alasannya. Dulu Hitler membantai Yahudi juga gila. Tapi meski sekarang Yahudi yang jadi pelaku, tak pernah ada celah untuk pembenaran.

Perang selalu menyakitkan. Selalu meyisakan penyesalan. Selalu membunuh harapan. Dalam perang, yang menang jadi arang, yang kalah jadi abu.

Read more...

About This Blog

  © Blogger template Simple n' Sweet by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP