Giveaway Senangnya Hatiku: SeInchi dari S.Pd.

>> Thursday, January 17, 2013

Sebuah sore yang tenang. Aku tengah menulis dan melihat link Mas Akhman Muhaimin Azzet dibagi oleh bang Dwi. Ada ajakan menulis lagi tentang apa yang pernah membuat hatiku senang sekali. Aku tidak kenal Mas Azzet ini. Tapi supaya kenal, aku minat ikut kontesnya.
Subhanallah! Tak terkatakan banyaknya hal yang membuatku senang. Orang tua yang luar biasa, suami yang incredible, mertua dan adik-adik yang amazing, dan sahabat yang selalu ada. 

Namun ada satu hal yang baru-baru ini membuatku senang. Aku baru selesaikan sidang S1. 

Selama mengerjakan skripsi, aku ragu pada kemampuanku. Ibu suka bilang aku ”hangat-hangat tahi ayam”. Sebab aku sulit fokus dan sering meninggalkan sesuatu sebelum selesai. Aku punya satu folder tulisan yang tak selesai. Dulu pernah menulis tentang guru SMA, juga tak selesai. Cerpen juga macet. Les bahasa Prancis, belum lancar sudah berhenti. Keraguan ini berbisik terus di telinga. Skripsi jangan-jangan tidak selesai juga.

Tak terhitung sudah berapa kali aku menangis di tengah-tengah mengerjakan skripsi. Merasa tidak mampu, merasa gagal, merasa ini tidak bagus. Ada sensasi ingin muntah ketika mengelaborasi kalimat punya Vygostky dan McDermott, ahli yang kukutip. Pandangan orang yang meragukan dan membuat putus asa. Melihat teman-teman sudah selesai dan mengurus ijazah. Waaaah! Rasanya pengen terjun dari tugu Khatulistiwa!

Belum lagi kebutuhan ekonomi mendesak. Aku harus cepat dapat pekerjaan. Tapi tentu sulit karena aku harus bolak balik ratusan kilometer dari Sambas ke Pontianak seminggu sekali. Sampai di sana harus menunggu beberapa hari sampai dosen ada waktu. Tempat mana yang bolehin karyawan bolos hampir tiap hari?

Aku lawan semua ketakutan dan keraguan. Ketika aku merasa tertinggal, dengan enggan pun kusambangi keyboard. Mulai mengetik. Menangis lagi saat kelelahan. Tidur. Besok lanjut lagi. Alhamdulillah. Akhirnya selesai. Aku pun mengurus sidang tanggal 20 Desember 2012. Pas. Menutup tahun dengan sidang rasanya sesuatu sekali.

Rupanya cobaanku belum selesai. Pada tanggal 20 itu kedua dosen pengujiku diundang untuk seminar internasional dari pagi hingga sore. Lagi-lagi tak bisa menarik nafas lega. Air mataku luruh di depan ibu saat kami makan mi aceh. Malam itu juga aku ke kampus. Tak ada yang bisa dilakukan. Sidang harus diundur hingga 11 Januari 2013.

Aku memutuskan menikmati liburan. Tak banyak yang harus aku kerjakan lagi. Cuma tinggal menunggu. Hari sidang semakin dekat dan aku semakin tegang. Ditemani suami, aku berangkat ke Pontianak. Ketegangan mulai terasa sejak H-2. Ada kabar tak sedap lagi. Tanggal 11 dosen akan rapat jurusan. Pembimbing dan pengujiku harus menghadiri rapat itu. Lagi, air mataku jatuh di rumah makan Simpang Ampek. Aku sudah berpikir, kalau diundur lagi aku tidak mau sidang! Dalam kepasrahan, malamnya aku tetap belajar. Berdoa untuk yang terbaik.


Ruang sidangku: Calm before storm...
11 Januari 2013. Tegang minta ampun. Semua dosen datang kecuali pembimbing 1 yang sedang sakit. Penguji pertamaku bilang menurut aturan aku tidak boleh sidang. Tapi karena ini mendadak sidang boleh lanjut dengan catatan hasil sidang tidak bisa diumumkan. Aku lega. Dimulailah sidang. Kedua dosen penguji sangat baik dalam mengujiku. Pertanyaan-pertanyaannya juga bersifat mengarahkan bukan menjatuhkan. Sampai akhirnya aku diminta keluar saat semua pertanyaan telah dilontarkan.

Hari itu panas sekali. Di luar ruangan cukup ramai adik tingkat yang datang menonton dan teman-teman seangkatan yang memberi dukungan. Aku menyapa mereka tapi sebenarnya pikiranku kosong. Tak lama aku dipanggil masuk.


Pembimbingku membuka sesi kedua dengan bertanya tentang perasaanku.

“How do you feel now?”
“I am not sure, Mam.”

Aku seperti habis dibius oleh dokter gigi. Tak merasa apapun. Sidang akhirnya ditutup dengan pesan dan kesan dari dosen.aku masih tak merasa apapun. Sampai aku pulang. Suamiku tidur siang, kelelahan. Aku terdiam saja. Entah dari mana, aliran emosi meluap dari dada. Aku menangis tanpa bisa kukendalikan. Aku tak sedih karena nilaiku tak dibacakan. Aku tak sedih karena statusku masih belum S.Pd. setelah sidang. 

Aku bahagia. 

Bahagia karena menyelesaikan skripsi. Aku merasa ini sebuah pencapaian. Aku telah membuktikan pada diriku aku mampu menyelesaikan sesuatu. Aku telah mempersembahkan kelegaan pada ibu yang bekerja keras menguliahkanku. Aku telah menjawab semua ketakutan dan keputusasaan. Aku mau aku di masa depan mengingat hari ini ketika aku ragu akan kemampuanku. Bahwa aku bisa. Aku hanya harus terus melangkah. 

Read more...

About This Blog

  © Blogger template Simple n' Sweet by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP