Hormati Diri dengan Menghormati Bahasa

>> Wednesday, June 4, 2008

Para ahli linguistik mengatakan bahwa bahasa itu universal, dalam arti setiap bahasa memiliki persamaan antara satu sama lain. Ada kemiripan antara bahasa yang satu dengan lainnya. Jadi sebenarnya tidak ada satu bahasa pun yang baik dan bahasa yang jelek. Semuanya baik karena masing-masing memiliki karakteristik dan selama bahasa itu mampu menyampaikan pesan dan tidak kehilangan fungsinya, maka bahasa itu baik, bahasa itu indah.

Pada dasarnya semua bahasa itu bisa dipelajari. Namun tidak semua bahasa akan mampu menerjemahkan dengan tepat bahasa lainnya. Karena sebenarnya, bahasa terbentuk dari budaya manusia. Pasti ada beberapa kata tertentu yang tidak dapat mewakili bahasa yang lainnya karena perbedaan budaya yang signifikan. Misalnya, perbedaan budaya antara Indonesia dan Inggris. Di Indonesia terdapat budaya mencium tangan orang tua karena hormat. Bagaimana kata tersebut akan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris? Memang tidak akan ada padanan yang tepat karena di Inggris atau bahkan dunia Barat, tidak ditemukan budaya yang demikian. Budaya mencium tangan, yang biasanya terjadi di sana, adalah bentuk penghormatan kepada seorang wanita yang dianggap cantik maupun mengagumkan.

Mungkin itulah kelemahan bahasa. Namun dari situlah, harusnya disadari bahwa bahasa yang paling tepat untuk suatu bangsa adalah bahasa asalnya. oleh karena itu, sangat aneh ketika pernah suatu wacana di sebuah situs jelas-jelas berdebat bahwa bahasa Indonesia itu jelek dan bahasa Inggris itu bagus. Bahwa bahasa Inggris lebih tinggi derajatnya. Bahwa bahkan dengan penguasaan bahasa Inggris yang pas-pasan akan mampu meningkatkan gengsi. Sangat konyol. Karena kalau saja disadari, semakin tidak mampu seseorang menggunakan bahasa dengan tepat, efektif, dan efisien, penialaian terhadapnya akan berbeda dari yang diharapkan. Bukannya tampak lebih pintar karena mampu berbicara sedikit dalam bahasa lain (sedangkan tidak mampu berbicara bahasa aslinya dengan benar), maka orang tersebut akan tampak semakin tidak terpelajar. Jika dia bertemu dengan wisatawan asing misalnya, dia akan dihadiahkan senyuman dan sebuah kalimat, "Don't push yourself too hard"

Karena sesungguhnya bahasa menunjukkan identitas. Bahasa menunjukkan bangsa. Dan seseorang yang menjunjung identitas aslinya akan lebih terhormat daripada seseorang yang terlalu memaksakan diri untuk menjunjung budaya asing.

Read more...

What Happen to You, Yauma?

>> Tuesday, June 3, 2008

Haha,
After all this time,
after I try to start writing with English
I was totally hopeless

I don't even dare to open the blog, because i knew I would stop and leave it the same as before.

And you know what? I almost forgot how to see my own blog after signing in. Because in about 1 month, I only see it like a reader, not an owner.

It's shame. I claim myself like writing and now I lost all of the words, since I start to learn writing in foreign language. And I hate myself when I gave up and thought writing in Indonesian is very easy and I can write a lot with my own language. It's not easy to write with another language, I admit. But to surrender, is make me as a coward. Therefore, now I try to write as much as I can.

Hopefully, what I learned 1 month ago will improve my writing now. I started to learn more about tenses, transition signal, and many other.

Now, I try to be more confindence and realize that the fear from being wrong is something which is prevent me to step forward. Thank for all of the support that I got from reader, I hope, one time I can master English and of course to master my beloved language as well.

Read more...

About This Blog

  © Blogger template Simple n' Sweet by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP