DILEMA KEPENTINGAN : DOSEN DAN MAHASISWA

>> Wednesday, February 27, 2008

Alhamdulillah, akhirnya nilai semester keluar juga. Setelah lama menunggu dengan perasaan ketar-ketir, akhirnya beberapa dosen berbaik hati untuk segera mengisi daftar database nilai di layanan akademik. Mahasiswa angkatan 2007 tentu saja tak sabar untuk segera melihat dan mengevaluasi sistem belajar yang telah dijalaninya selama 1 semester. Baik dari diri sendiri maupun proses belajar yang ada di kampus. Mereka juga ingin menyusun rencana kuliah untuk semester depan.

Sebenarnya para mahasiswa agak kecewa. Apalagi mereka yang berkeinginan untuk mengajukan beasiswa di fakultas masing-masing. Tentu saja hal itu terhambat apabila nilai lambat keluarnya. Bukan bermaksud egois, tapi para mahasiswa juga mengharapkan kepedulian dari para pengajar yang terhormat agar para mahasiswa ini lebih mudah dalam proses perkuliahan selanjutnya.

Mahasiswa 2007 sendiri memang masih hijau. Masih merasa asing dengan sistem akademik dan sebagainya di lingkungan kampus. Masih semangat pada hal-hal baru seperti itu. Sayangnya, agak pupus harapannya karena kendala-kendala yang klise seperti keterlambatan nilai dan seringnya tidak masuknya dosen pada saat kuliah.

Masalah-masalah tersebut memang dapat dikatakan dilematis. Ketika dipandang dari aspek para mahasiswa, mereka mengharapkan dosen untuk mengajar dan mendidik, bukan sekadar masuk 15 menit dan menandatangani DHK. Dosen yang sering absen, sejujurnya, membuat semangat para mahasiswa turun dan menimbulkan keengganan untuk kuliah. Satu pikiran yang terlintas adalah,”Palingan nggak masuk lagi dosennya, percuma aja datang”.

Para dosen juga tidak mau disalahkan sepenuhnya. Mereka beralasan bahwa dengan menjadi dosen, mereka tidak bisa mencukupi kebutuhan seluruh keluarga di zaman yang serba mahal ini. Gaji dosen yang berkisar antara 1-2,5 juta dengan berbagai potongan hanya cukup untuk paling lama seminggu. Tentu saja keadaan ini memaksa mereka untuk mencari pendapatan alternatif di sela-sela kesibukannya mengajar. Bahkan kadangkala di menyita waktu mengajar. Tentu saja apabila pendapatan alternatif dirasa lebih besar, mereka memilih pendapatan alternatif itu.

Tapi tentu saja masih ada dosen-dosen yang profesional. Beliau-beliau itu yang memiliki etos kerja dan tanggung jawab tinggi. Semoga saja para wisudawan, para pengajar di masa yang akan datang, dapat menjadi dosen yang lebih baik. Dengan demikian masalah-masalah seperti ini tidak akan terulang kembali.

Read more...

EKSPEDISI KECIL ANGGOTA MUDA XXII MAPALA UNTAN

>> Sunday, February 24, 2008


Sebuah ekspedisi kecil diadakan oleh Organisasi Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) Untan pada tanggal 23-24 Februari lalu. Lokasi yang dipilih adalah kawasan wisata alam Gunung Poteng, Kec. Singkawang Timur.
Tujuan diadakannya ekspedisi ini tak lain sebagai salah satu syarat pengangkatan status anggota dari calon anggota menjadi anggota muda. Tim ekspedisi kali ini terdiri dari 4 orang yaitu Erisman (FMIPA), Hatifah (FKIP), M. Chumaidi (FMIPA), dan Restu M. (FKIP).

“Sebelumnya kami harus mengikuti pradiksar dan diksar”, ujar Hatifah selaku ketua tim ekspedisi. Hatifah menambahkan, ada beberapa perlengkapan wajib dalam ekspedisi ini. Selain perlengkapan pibadi dan logistik, kompas, altimeter, dan peta juga tak kalah pentingnya. Alat-alat penunjuk arah tersebut sangat berguna dalam resection atau penentuan letak tepatnya suatu objek dalam peta.

Menurut M. Chumaidi yang akrab dipanggil Deden, meskipun kawasan wisata, medan yang dilalui relatif berat. “Kesulitannya terletak dari kecuraman medan. Semakin dekat dengan puncak gunung, kemiringan bisa mencapai 600”, jelasnya.

Dalam pendakian, anggota tim banyak mengandalkan bantuan akar-akar pohon. Meskipun demikian, akar pohon tersebut juga licin karena ditumbuhi lumut. Namun kendala-kendala tersebut tak menyurutkan semangat para pendaki. “Kami malah makin tertantang untuk bisa sampai di puncak”, ungkap Hatifah.

Setelah kurang lebih 4 jam, akhirnya sampailah tim di puncak Gunung Poteng. Di sana dilakukan prosesi pengangkatan tim ekspedisi ini menjadi anggota muda angkatan XXII Mapala Untan.

Selama perjalanan banyak hal-hal menarik yang ditemui tim ekspedisi. Misalnya spesies flora langka yaitu Raflesia Tuanmudae. Sayangnya bunga ini baru akan mekar 2 hari mendatang. “Yah, kami agak kecewa karena tidak bisa melihat bunga itu mekar. Kami juga tidak bisa menunggu karena bahan logistik kami terbatas”, sesal Restu.
“Selain itu, kami juga berkesempatan menyaksikan flora, fauna, dan pemandangan yang luar biasa di daerah sekitar Gunung Poteng. Semua itu memberikan pengalaman tak terlupakan bagi kami”, kata Hatifah sambil tersenyum simpul.

Read more...

MENYIKAPI BLOGGER YANG "NAKAL"

>> Tuesday, February 5, 2008

Ehm..ehmmm, Welcome to my blog, where democration is God and truth becomes the prophet.

Karena marque itu saya jadi enggan rasanya berkomentar tentang blog yang tengah booming saat ini, ihateindon.blogspot.com. Rasanya kuarang begitu perlu ya. Kan ada yang paling tahu tentang apa yang layak dan tidak layak. Apa yang patut dan tidak patut.

Bayangkan saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air, saya pikir penulis itu cuma salah ngomong dan salah bahasa. Saya cuma tidak habis pikir, kenapa ya Malaysia, bangsa yang mengaku besar, tapi etikanya masih begitu low? Lagipula blog itu kan buat para indon, not us, Indonesia.

Jadi teman-teman, jangan terpancing sama emosi ya? Zaman sekarang banyak sekali usaha-usaha untuk melemahkan dan memprovokasi kita. Oleh karenanya, bijaklah. Karena ketika kita terpancing, maka itulah yang diinginkan pihak-pihak yang kurang bertanggung jawab itu.

Saya sebenarnya hampir menangis membaca betapa bangsa saya dihina-hina. Tapi mengapa ini jadi begitu sakit? Ya karena ini beberapa bagian dari tulisan itu benar, meski sebenarnya hanya masalah yang dibahas cuma itu-itu saja. Tapi di sinilah kemampuan dan kedewasaan kita diuji. Mengapa kita harus bingung dan kebakaran jenggot? Kita tidak perlu banyak alasan.Yang kita perlukan hanyalah menunjukkan bukti.
Tunjukkan bahwa kita adalah bangsa yang tidak cengeng. Bahwa kita bukan plagiat. Bahwa kita kreatif dan masalah yang kita hadapi membuat kita semakin kuat. Ingat, masih ada satu yang kita punya, harga diri.

I hope all of my friends who have a intention to make blog to againts this that blog, will realize that is not a proper way. Let’s defeat the blog with mature ways. Remember to give spirits to our contingen in SEA Games. It is the best answer for that humiliation.
At last, I just want to say, IHATEINDON.BLOGSPOT.COM, Oooo....Tidak!!! Usah Repot.

Read more...

Ketika Saya Tak Bisa Bicara

>> Monday, February 4, 2008

Komunikasi adalah bagian dari budaya manusia. Komunikasi terbagi menjadi dua bentuk, lisan dan tulisan. Meskipun tulisan adalah bentuk komunikasi yang tahan lama, namun komunikasi lisan atau berbicara tak bias dilepaskan dari kehidupan manusia. Hal ini disebabkan berbicara adalah komunikasi dasar yang menjadi kebiasaan manusia dan proses belajar pertama sejak dia lahir.”

Akan sangat menyakitkan ketika seseorang kehilangan kemampuan berbicara atau suara secara permanent atau sementara. Apalagi jika hal tersebut terjadi secara tiba-tiba.

Itulah yang saya alami semenjak dua hari lalu sepulang dari mengikuti PPM. Suara saya menghilang, “dicuri" oleh pergantian cuaca yang drastis, hujan dan panas. Apalagi di alam yang terbuka, perubahannya sangat terasa. Belum lagi angin yang mendera karena kemah kami berada di daerah dekat pantai. Semuanya berhasil mengganggu kemampuan saya berkomunikasi lisan dengan nyaman.

Kenyataan yang lebih menyiksa, saya adalah seorang yang talkative. Maka saat ini, saya harus puasa dari berbagi berbagai hal dengan orang-orang di sekitar saya. Bagi banyak orang yang mengenal saya pasti tahu betapa tersiksanya saya. Selama ini saya tak pernah diam lebih dari 10 detik pada saat saya sadar atau tidak tidur. Apabila tidak ada orang yang saya ajak bicara, saya bahkan bias bicara dengan diri saya sendiri.

Namun sekarang saya hanya bisa berbisik-bisik. Baru saja saya marah pada seorang teman. Bukan karena hal besar sebenarnya. Masalahnya, dia memaksa saya untuk menelepon dia. Akibatnya, saya harus berteriak-teriak karena suara saya hilang.

Yang lebih parah, saya kesulitan berbicara dalam bahasa Inggris. Teman saya yang lain, Yadi, menghubungi saya dan mengeluh tak mengerti apa yang saya bicarakan karena suara saya tidak jelas. Akhirnya saya terpaksa harus memutus sambungan telepon dan mengetik pesan untuknya diikuti ucapan maaf karena telah membuat dia tak bisa berkomunikasi dengan lancar.

Saya menyerah. Saya memilih bersabar dan menulis pada kertas yang ada sembari menunggu suara ini, nyawa kedua saya, “pulang”. Semoga saya bisa cepat berbicara pada dunia.

Read more...

Perkembangan Teknologi Komunikasi

Komunikasi adalah kebutuhan dasar bagi setiap manusia dalam kelangsungan hidupnya. Hal ini mengingat manusia adalah makhluk osial yang membutuhkan interaksi dengan manusia lainnya. Manusia memiliki frekuensi komunikasi yang tinggi, lisan maupun tulisan. Padahal keterbatasan jarak dan waktu menjadi penghalang kelancaran manusia dalam berkomunikasi. Untuk itu, manusia dengan kecerdasan yang mereka miliki, terus memproduksi dan mengkonsumsi sejumlah piranti komunikasi.

Telepon genggam adalah salah satu piranti komunikasi yang dimaksud. Benda ini tentu bukanlah barang asing di era globalisasi ini. Untuk memenuhi nilai praktis dan efisien telepon genggam dan memudahkan aktivitas komunikasi para pengguna, saat ini telepon genggam dilengkapi dengan fitur SMS, MMS, Video Call, dan Internet.

Telepon genggam bahkan mampu membuat keajaiban. Dengan fasilitas Video Call, para tuna rungu dan wicara akhirnya dapat “berbicara lewat telepon genggam. Melalui layar telepon, mereka dapat mengirimkan isyarat kepada orang lain. Kemajuan ini dapat dikatakan signifikan dan positif karena mampu menjembatani keterbatasan manusia.

Sayangnya, teknologi masih terasa mahal. Selain tariff pemakaiannya, perangkat dengan fitur lengkap seperti yang telah disebutkan sebelumnya minimal berharga di atas 2 juta rupiah. Mengukur kemampuan ekonomi masyarakat Indonesia, nilai yang harus dibayar agaknya terlampau tinggi. Oleh karena itu, dapat dikatakan teknologi dewasa ini masih menjadi “milik” masyarakat kelas menengah ke atas.

Read more...

About This Blog

  © Blogger template Simple n' Sweet by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP