Ketika Berita Ber-Striptease Ria

>> Wednesday, December 10, 2008

Berita. Sebuah karya jurnalistik mengenai suatu peristiwa yang lazimnya aktual dan akurat. Orang yang menulis berita disebut pewarta atau wartawan.

Sejalan dengan reformasi dan kebebasan pers di Indonesia--katanya sih bebas--berita dan media makin marak dan beragam. Semua yang bisa dibuka, dibuka. Malah makin vulgar. Misalnya liputan-liputan kriminal di media cetak dan elektronik. Sebagian besar sarat nuansa kekerasan fisik dan seksual.

Etika pemberitaan pun diabaikan. Seperti kerahasiaan identitas korban dan pelaku, gambar atau deskripsi yang terlalu detail tentang modus kejahatan, dan sebagainya.

Perlahan, berita pun menjadi penari telanjang. Dia benar-benar kehilangan fungsi. Dulu memberi informasi, sekarang memberi hiburan. Sebab media lupa untuk siapa dia lahir. Atau memang media bukan lahir untuk memihak kebenaran, seperti dulu. Atau sekarang media lahir untuk menambah kekayaan kaum kapitalis?

Bahkan posisi berita sekarang makin tidak jelas. Berita ada yang sebenarnya gosip. Gosip juga disamakan dengan berita. Lalu apa bedanya gosip dan berita? Dalam buku Sembilan Elemen Jurnalisme, sebuah buku yang menjadi acuan wartawan, untuk menghindari adanya bias dari diri wartawan dan untuk mendapatkan berita yang mendekati yang objektif, harus dengan metode objektif. Hanya satu. Disiplin verifikasi. Itulah beda berita dan gosip.

Jadi, berita hanya dari satu sumber--korban atau pelaku--haram diterbitkan. Berita itu belum memenuhi syarat utama jurnalisme. Kecuali pihak kedua buron atau terbunuh. Lagi, setiap karya yang tidak memenuhi verifikasi dan delapan elemen lain, tidak termasuk jurnalisme. Gosip apalagi. Makanya sangat mencengangkan ketika Cek&Ricek dengan bangga memproklamirkan diri sebagai:"pelopor jurnalime infotainment". Ironis.

Terakhir, berita tidak menyumpal pembaca dengan kebenaran. Hanya memberi jendela atau pandangan baru atas apa yang terjadi. Maka, jangan pernah percaya suatu peristiwa dari satu koran. Lebih baik memiliki banyak batu dan bisa memilih mana yang terbaik.

Read more...

Suatu Senin

>> Monday, December 1, 2008

"Git...aku chatting ama Gilang".

"Hmmm..."

"Aku chatting ama Gilang, aku suruh dia cepat-cepat".

Begitu kalimat-kalimat yang keluar dari bibir seorang remaja. Ia duduk di sebuah bilik warnet, tepat di seberangku.

Bahagianya mereka yang dapat bertemu dengan orang-orang yang mereka sayang. Menatap, menyentuh, memeluk. Satu cara untuk bertahan hidup satu hari lagi.

Sebab rindu itu membunuh. Sebab ia mengiris-iris dan membuat gila. Perasaan yang tak pernah kenal negoisasi. Perasaanku yang terlalu rindu.

Benarkah aku bisa terbunuh?
Tidak. Jelas tidak.
Aku hanya tidak bisa tidur berhari-hari.
Kebal dari lapar berhari-hari.
Jatuh dari motor karena tidak konsentrasi.
Menulis dengan mata yang basah.
Yah, aku tidak akan terbunuh.

Read more...

About This Blog

  © Blogger template Simple n' Sweet by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP