Narsis is NOT a crime!
>> Tuesday, September 3, 2013
Sikap narsis kadang tidak selalu negatif. Bahkan perasaan ini diperlukan untuk menumbuhkan rasa percaya diri akan kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu. Contohnya orang tua yang merasa narsis akan kemampuan anaknya. Sekilas perlakuan seperti ini mungkin dianggap akibat rasa cinta yang berlebihan pada anak. Tapi di sisi lain, anak menangkap pesan tersembunyi di baliknya; keyakinan besar terhadap anak bahwa mereka bisa melakukan sesuatu dengan tekad yang kuat.
Seperti seorang yang saya kenal. Dia bermula dari seorang remaja yang malu-malu. Tidak pernah yakin bahwa dirinya mampu melakukan sesuatu. Dia juga tidak percaya diri. Lalu datanglah sebuah momen yang menjadi titik balik baginya. Ia mengikuti lomba pidato dan mendapat juara. Sejak itu, ia berani maju ke depan. Ia percaya ia mampu menang. Tak lagi terbata-bata saat berbicara tapi lantang penuh keyakinan. Sebuah kepercayaan diri yang terus membantunya hingga di jenjang perguruan tinggi. Ia berubah jadi mahasiswa cerdas, aktif dan kritis.
Hal ini penting semoga bukan hanya untuk saya. Sebagai guru, saya pernah merasa hampir menyerah mengajar siswa yang susah menerima materi. Atau tak juga mengingat kata dalam Bahasa Inggris, mata pelajaran yang saya pegang, sehingga sulit mencerna isi teks. Tak jarang keraguan ini tersampaikan kepada siswa tanpa sengaja. Saya mengatakan mereka banyak tertinggal dan butuh kerja keras untuk ujian. Menyiapkan diri untuk ujian dalam waktu singkat hampir mustahil. Sungguh sebuah pernyataan tak berguna. Ya, saya sadar sekarang.
Seharusnya saya mengatakan mereka harus tetap semangat belajar. Bahwa mereka pasti bisa sambil memberikan semampunya tips yang berguna. Penyesalan yang sekarang ditebus dengan memotivasi sepenuhnya siswa yang masih saya ajar. Saya mengatakan kata-kata yang meski klise tapi memang benar. Misalnya, ‘Jika orang lain bisa, mengapa ia tidak’, ‘Ia harus menunjukkan perbedaan dengan orang lain yang tidak ikut pelajaran tambahan Bahasa Inggris’, dan ‘Usaha yang keras memberikan hasil yang lebih baik’. Tentu dengan kerja sama dari orang tuanya yang memberi dukungan dan dengan narsis mengatakan ‘Kamu pasti bisa!’.
Perlahan saya bisa melihat dia lebih termotivasi belajar Bahasa Inggris. Dia mengakui kalau ia makin suka dengan pelajaran ini. Terlihat juga dari kegemarannya memperbarui status Facebook dan BBM dengan bahasa Inggris. Pekerjaan yang lebih rapi dan teratur. Ia mulai mampu menjembatani perbedaan bahasa Inggris dengan bahasa Indonesia sehingga terbentuk pengertian yang lebih baik tentang isi sebuah teks. Hanya masih saja kesulitan menyerap kata-kata dalam bahasa asing. Tapi itu hanya masalah waktu. Sebagai pengajar, saya harus sabar dan terus narsis dengan siswa saya.
0 comments:
Post a Comment