KECEMASAN MELANDA PASCA PILKADA
>> Thursday, December 6, 2007
Kecemasan mewarnai detik-detik pengumuman hasil Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) kemarin (27/11). Bukan hanya dari para pelaku politik tapi juga masyarakat awam. Misalnya para mahasiswa Universitas Tanjungpura dan Politeknik Pontianak yang terletak tak jauh dari KPU.
“Lumayan takut juga, kan ini pilkada pertama. Lagipula sepertinya banyak isu-isu yang mengindikasi pada kerusuhan”, ungkap Riya Yulharmaini, mahasiswa FKIP Untan. Komentar serupa juga disampaikan beberapa mahasiswa yang harus pulang pergi melalui KPU. Dian yang bertempat tinggal di daerah dekat Bandara Supadio mengatakan dia merasa khawatir akan ada kerusuhan untuk mengkritisi hasil Pilkada. Meski demikian, dia merasa belum perlu untuk menggunaan jalur alternatif.
Bukan hanya mahasiswa, orang tua dari para mahasiswa pun ikur ketar-ketir. Apalagi orang tua mahasiswa yang berasal dari daerah. Hal ini disebabkan jauhnya jarak dan ketidaktahuan para orang tua bagaimana keadaan sebenarnya di Pontianak. Namun hal yang paling bisa dilakukan beberapa orang tua hanya meninggalkan pesan. “Orang tua saya hanya berpesan agar saya hati-hati. Kalau kurang penting, sebaiknya jangan kemana-mana”, ujar Ratna, mahasiswa asal Ketapang, menirukan pesan orang tuanya.
Dewi Nuryati, seorang pegawai keuangan, menyatakan kekhawatirannya pada keadaan yang sedang rawan ini. “Anak saya itu cuma satu-satunya, perempuan lagi, makanya saya takut kalau sampai terjadi apa-apa”, katanya menegaskan. Sama halnya dengan Maimunah. Beliau bahkan menyesalkan kurangnya kebijakan dari Universitas. “Mungkin akan lebih aman apabilah anak kami diliburkan sebab ini adalah Pilkada pertama jadi lebih baik kita waspada”, usul ibu dari dua mahasiswa Untan ini.
Sedikit berbeda, ada pula orang tua yang yakin akan keamanan pasca Pilkada. Mayarianty, mahasiswa Politeknik, mengatakan orang tuanya tidak merasa khawatir karena percaya pada kinerja kepolisian. (B04)
“Lumayan takut juga, kan ini pilkada pertama. Lagipula sepertinya banyak isu-isu yang mengindikasi pada kerusuhan”, ungkap Riya Yulharmaini, mahasiswa FKIP Untan. Komentar serupa juga disampaikan beberapa mahasiswa yang harus pulang pergi melalui KPU. Dian yang bertempat tinggal di daerah dekat Bandara Supadio mengatakan dia merasa khawatir akan ada kerusuhan untuk mengkritisi hasil Pilkada. Meski demikian, dia merasa belum perlu untuk menggunaan jalur alternatif.
Bukan hanya mahasiswa, orang tua dari para mahasiswa pun ikur ketar-ketir. Apalagi orang tua mahasiswa yang berasal dari daerah. Hal ini disebabkan jauhnya jarak dan ketidaktahuan para orang tua bagaimana keadaan sebenarnya di Pontianak. Namun hal yang paling bisa dilakukan beberapa orang tua hanya meninggalkan pesan. “Orang tua saya hanya berpesan agar saya hati-hati. Kalau kurang penting, sebaiknya jangan kemana-mana”, ujar Ratna, mahasiswa asal Ketapang, menirukan pesan orang tuanya.
Dewi Nuryati, seorang pegawai keuangan, menyatakan kekhawatirannya pada keadaan yang sedang rawan ini. “Anak saya itu cuma satu-satunya, perempuan lagi, makanya saya takut kalau sampai terjadi apa-apa”, katanya menegaskan. Sama halnya dengan Maimunah. Beliau bahkan menyesalkan kurangnya kebijakan dari Universitas. “Mungkin akan lebih aman apabilah anak kami diliburkan sebab ini adalah Pilkada pertama jadi lebih baik kita waspada”, usul ibu dari dua mahasiswa Untan ini.
Sedikit berbeda, ada pula orang tua yang yakin akan keamanan pasca Pilkada. Mayarianty, mahasiswa Politeknik, mengatakan orang tuanya tidak merasa khawatir karena percaya pada kinerja kepolisian. (B04)
0 comments:
Post a Comment