Ketika Saya Tak Bisa Bicara

>> Monday, February 4, 2008

Komunikasi adalah bagian dari budaya manusia. Komunikasi terbagi menjadi dua bentuk, lisan dan tulisan. Meskipun tulisan adalah bentuk komunikasi yang tahan lama, namun komunikasi lisan atau berbicara tak bias dilepaskan dari kehidupan manusia. Hal ini disebabkan berbicara adalah komunikasi dasar yang menjadi kebiasaan manusia dan proses belajar pertama sejak dia lahir.”

Akan sangat menyakitkan ketika seseorang kehilangan kemampuan berbicara atau suara secara permanent atau sementara. Apalagi jika hal tersebut terjadi secara tiba-tiba.

Itulah yang saya alami semenjak dua hari lalu sepulang dari mengikuti PPM. Suara saya menghilang, “dicuri" oleh pergantian cuaca yang drastis, hujan dan panas. Apalagi di alam yang terbuka, perubahannya sangat terasa. Belum lagi angin yang mendera karena kemah kami berada di daerah dekat pantai. Semuanya berhasil mengganggu kemampuan saya berkomunikasi lisan dengan nyaman.

Kenyataan yang lebih menyiksa, saya adalah seorang yang talkative. Maka saat ini, saya harus puasa dari berbagi berbagai hal dengan orang-orang di sekitar saya. Bagi banyak orang yang mengenal saya pasti tahu betapa tersiksanya saya. Selama ini saya tak pernah diam lebih dari 10 detik pada saat saya sadar atau tidak tidur. Apabila tidak ada orang yang saya ajak bicara, saya bahkan bias bicara dengan diri saya sendiri.

Namun sekarang saya hanya bisa berbisik-bisik. Baru saja saya marah pada seorang teman. Bukan karena hal besar sebenarnya. Masalahnya, dia memaksa saya untuk menelepon dia. Akibatnya, saya harus berteriak-teriak karena suara saya hilang.

Yang lebih parah, saya kesulitan berbicara dalam bahasa Inggris. Teman saya yang lain, Yadi, menghubungi saya dan mengeluh tak mengerti apa yang saya bicarakan karena suara saya tidak jelas. Akhirnya saya terpaksa harus memutus sambungan telepon dan mengetik pesan untuknya diikuti ucapan maaf karena telah membuat dia tak bisa berkomunikasi dengan lancar.

Saya menyerah. Saya memilih bersabar dan menulis pada kertas yang ada sembari menunggu suara ini, nyawa kedua saya, “pulang”. Semoga saya bisa cepat berbicara pada dunia.

0 comments:

Post a Comment

About This Blog

  © Blogger template Simple n' Sweet by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP