Semifinal: Siapa?

>> Monday, March 23, 2009

Black In News,


22 Maret 2009. Semifinal dan Final Debat Bahasa Inggris Mahasiswa FKIP Untan digelar. Hari sebelumnya panitia telah mewanti-wanti peserta agar datang tepat jam 7.30 pagi. Faris mengajak saya dan Tetty bertemu jam 7 di kantin. Alasannya agar kami bisa bincang-bincang tentang mosinya. Lumayan banyak, 13 mosi. Padahal hanya tinggal 2 pertandingan lagi.

Saya seperti biasa, telat. Pasalnya harus mencetak data-data yang dicari malam sebelumnya. Apalagi malam sebelumnya saya diminta berganti posisi dengan Tetty. Saya jadi pembicara kedua, dia ketiga. Tetty memiliki kesibukan sehingga tidak bisa mencari bahan. Tak ada masalah. Saya siap. Hanya saya harus mencari lebih banyak referensi.

Saat sampai, jam 7.30, Faris sudah duduk di kantin. Memang beberapa saat sebelumnya, kami sudah kontak lewat pesan singkat. Dia mengingatkan untuk bertemu di kantin sebelum lomba. Saya juga telah menginformasikan kedatangan saya agak terlambat.

Tetty belum kelihatan. Faris sempat bertanya-tanya apakah Tetty ke gereja dulu.

Saya bilang, “Tak mungkin la, Ris.”

Sambil menunggu Tetty kami mulai membahas mosi yang ada. Dari perang di Palestina sampai efek buruk Internet.

Di tengah pembicaraan, Tetty datang. Kami memberitahukan apa yang kami bicarakan. Dia langsung paham dan ikut menganalisa mosi.

Jam 8 tepat, kami bergerak menuju aula, tempat yang sama dengan pelaksanaan penyisihan. Sampai di sana, hanya ada beberapa orang. Sebagian besar panitia. yang lain adalah juri dan ketua prodi.

Kami registrasi. Saat kami tanya, peserta yang akan maju yaitu Bahasa Inggris 2 dan Fisika 3 tengah case building. Tema yang diambil adalah Sekolah berstandar Internasional atau SBI. Kami pun duduk. Kami ingin melihat penampilan dari peserta di babak ini. Siapapun pemenangnya akan melawan kami.
Pertandingan berjalan seimbang. Bahasa Inggris 2 sebagai tim affirmative, tidak terlalu komprehensif argumennya tapi memenuhi syarat yang ada. Sedangkan Fisika 3 sebagai tim negative baik penampilannya tapi melanggar aturan. Misalnya reply speaker harusnya dari pembicara satu atau dua. Tapi pembicara negative malah menjadikan pembicara ketiga sebagai reply speaker yang bertugas meringkas jalannya perdebatan.

Bisa ditebak, tim affirmative menang.

Pertandingan kami melawan mereka akan menentukan siapa yang maju ke final.

0 comments:

Post a Comment

About This Blog

  © Blogger template Simple n' Sweet by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP