Penyisihan Debat Bahasa Inggris Mahasiswa

>> Sunday, March 22, 2009

Black In News,


FKIP Universitas Tanjungpura mengadakan seleksi debat Bahasa Inggris hari ini, 21 Maret 2009. Peserta berasal dari seluruh program studi (prodi) di FKIP. Antara lain prodi Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Biologi, Fisika, PGSD, dan lain-lain. Seleksi dilakukan untuk mencari dua tim yang akan mewakili fakultas ke tingkat universitas untuk perlombaan yang sama.

Awalnya, peserta terdiri dari 15 tim. Namun, sebelum pertandingan, seluruh tim dari prodi Bahasa Indonesia mengundurkan diri. Satu tim dari dua prodi lain juga berhalangan hadir. Akhirnya, perlombaan diikuti 11 tim.

Saya adalah peserta Tim Bahasa Inggris 1 dengan undian 14. Dua teman saya yang lain adalah Tetty dan Faris. Tetty sangat lancar bahasa Inggrisnya dan memiliki analisa yang baik atas suatu permasalahan. Ia juga pekerja keras. Tak heran Indeks Prestasinya hingga semester empat ini masih terjaga di posisi 4,0. Faris adalah pendebat yang berbakat. Ia juga berpengalaman. Ia pernah mengikuti debat nasional saat SMA. Ia adalah penggerak tim kami dan selalu mengingatkan untuk solid.

Menurut skema, sebenarnya kami harus berhadapan dengan dua tim, Bahasa Inggris 6 dan PGSD sebagai tim ganjil. Karena Bahasa Inggris 6 tidak hadir, maka kami langsung bertanding melawan PGSD. Kami bertindak sebagai tim Afirmative atau pro.

Tema yang kami dapat dari undian adalah “Democracy has failed the third world”. Sebenarnya data kami tak banyak. Malah kami sama sekali bingung dengan mosi ini. Seluruh mosi baru diberikan saat Technical Meeting, 19 Maret 2009. Perlombaan 21 Maret 2009. Bayangkan, kami harus menyediakan bahan untuk 20 mosi hanya dalam 2 hari! Tak ada waktu latihan, bahkan kami tak sempat mendiskusikan tema yang ada.

Wajar jika kami kurang persiapan. Namun kami mencoba melakukan yang terbaik. Sepanjang pertandingan lain berlangsung, kami mencoba mencari tempat yang sedikit nyaman untuk berdiskusi tentang mosi yang ada. Tema “Democracy has failed the third world” tak kami siapkan. Pertama, kami tidak sempat mencari data tentang itu. Kedua, kami memang tidak tertarik.
Malang, kami malah mendapatkannya. Saat 30 menit masa case building, yaitu masa peserta menyiapkan argumentasi sesuai tema, kami memeras otak. Kami menguraikan definisinya, mencari benang merah permasalahan, dan bukti konkrit.

Kami dipanggil. Saya sendiri tegang dan berkeringat dingin. Saya ragu dan takut mengecewakan dua teman saya yang luar biasa kemampuannya.
Debat pun bergulir. Berbagai argumentasi tanpa data kami lontarkan. Kami hanya menganalisa realitas sosial pemerintah berkenaan dengan demokrasi. Tersangkut pula kasus-kasus selama Pemilu maupun Pilkada.

Entahlah ini keberuntungan atau kesempatan, lawan dari PGSD rupanya tidak terlalu siap. Mereka kekurangan argumentasi lebih parah daripada kami. Namun kami tidak lalu menganggap sepele. Saya, sebagai pembicara ketiga,malah bertambah gugup.
Ternyata juri yang terdiri dari Ibu Eni Rosnija dan Ibu Yanti Sri Rejeki menyatakan kami menang. Artinya, berkesempatan maju ke semi final. Dalam kesempatan itu, juri juga mengumumkan pembicara terbaiknya adalah Faris.

Meski berhasil, kami tahu betapa tidak maksimalnya penampilan kami. Faris menyesalkan itu. Kami berjanji, untuk babak selanjutnya akan lebih siap.
Hati kami ketar-ketir saat pembawa acara mengumumkan final dilaksanakan hari itu juga. Habislah kami yang tak punya persiapan lebih. Maka kami segera mengambil inisiatif merancang ide tiap mosi.

Satu pertandingan berlalu. Kami makin tegang dan berusaha siap. Saat pertandingan tersebut usai, waktu menunjukkan pukul 3. Kami menarik napas lega saat sayup-sayup pembawa acara mengkomunikasikan kepada tim dari prodi Fisika bahwa acara akan dilanjutkan besok.
Kami selamat. Setidaknya hari ini. Masih banyak yang harus kami lakukan untuk semi final dan final. Karena lawan juga makin berat.

*foto: sulang.wordpress.com



0 comments:

Post a Comment

About This Blog

  © Blogger template Simple n' Sweet by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP