Small is Beautiful

>> Thursday, March 26, 2009

Black In News,

Kualitas tak bisa diukur dari segi jumlah. Dalam beberapa hal tertentu, semakin sedikit jumlahnya, semakin intensif peningkatan kualitasnya. Sebagai contoh nyata adalah English Study Club (ESC).

ESC masih seumur jagung. Klub Bahasa Inggris SMA Negeri 4 Pontianak ini didirikan akhir tahun 2008. Perintisnya adalah seorang alumni, Arfandi, S.Pd. Latihan diadakan sekali seminggu yaitu pada hari Sabtu. setiap kali pertemuan, anggota yang aktif hadir berkisar antara 5-9 orang. Antara lain Yovita, Anggi, Ruth, dan Lelly.

Kekurangan pengalaman dan latihan, wajar saja anggota ESC mengalami kesulitan menyamai kemampuan siswa dari sekolah negeri lainnya. Hal ini terlihat ketika ESC ikut berkompetisi dalam lomba seperti Speech, Debate, dan lain-lain.

Namun, bagi yang berkecimpung dalam ESC, terutama saya sebagai pelatih, para anggota telah mengalami kemajuan yang signifikan.

Saya ingat dua bulan lalu, saat saya pertama melatih, saya meminta tiap siswa membuat pidato singkat. Waktu yang diberikan dua minggu. Pada hari yang ditentukan, mereka saya minta maju dan menyampaikan pidato di depan kelas. Hasilnya kurang baik. Faktor penyebabnya antara lain mereka tidak menyiapkan diri dengan baik dan mungkin karena tidak memiliki motivasi yang jelas.

Hari ini, 26 Maret 2009, 5 anggota ESC dihadapkan pada peristiwa yang sama. Mereka mengikuti perlombaan yang diadakan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pontianak. Lomba pidato bahasa Inggris ini diadakan dalam rangkaian festival bahasa.

Para anggota ESC mengadakan latihan sebanyak 5 kali. Dua diantaranya internsif. Berbagai metode saya gunakan. Mulai dari membaca hingga maju satu per satu dengan teks kemudian tanpa teks. Sepanjang latihan, mereka menunjukkan peningkatan yang luar biasa. Mulai dari pengucapan sampai body languagenya.

Ruth. Kelemahannya adalah kebiasaan memandang ke atas agar tidak kehilangan hafalan. Hari ini dia bisa melihat ke seluruh penonton untuk mempraktikkan teori eye contact, di mana seorang pembicara harus berkomunikasi dengan penonton melalui pandangan.

Anggi. Sejak awal, saya lihat ia memiliki bakat. ia juga tekun dan berkemaun keras juga bertanggung jawab. Kekurangannya saat pidato terletak pada intonasi yang monoton dan kurang menggali topik yang dipilih. Tapi di STAIN tadi, ia adalah peserta dari SMA 4 yang paling baik intonasinya.

Yovita. Ia cenderung pemalu dan terlalu cemas. Bahkan dari awal ia sudah cemas tidak akan mampu mengikuti lomba ini. Memang dia agak lupa pada saat menyampaikan pidatonya tentang pengobatan tradisional, tapi saya tahu semua hanya karena gugup. Karena saat latihan ia sangat lancar dan meyakinkan.

Saya tidak begitu mengenal dua anggota lain, Aristia dan Rifda. Mereka hampir tidak pernah latihan. Tapi saya melihat bakat yang besar dalam diri mereka. Sayang jika tidak digali dan dikembangkan melalui latihan.

Yang jelas, Anggi, Ruth, dan Yovita punya kesimpulan yang sama. Mereka ingin terus latihan dan ingin ikut dalam perlombaan serupa.

Ini membuat saya bangga. Bahkan ketika mereka bukanlah unggulan pada lomba tersebut, masih tertinggal semangat yang luar biasa. Saya semakin yakin, biarpun anggota ESC sedikit, totalitas dan efektivitas latihan tidak terpengaruh.

0 comments:

Post a Comment

About This Blog

  © Blogger template Simple n' Sweet by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP